Rasanya seperti nonton film di bioskop. Udah tau endingnya bakal gimana, tapi tetep aja ditonton. Dan yang paling enggak enak adalah tau endingnya bakal sedih tapi tetep harus ditonton juga. Ini bukan film di bioskop ataupun opera sabun yang biasa tayang tiap hari di TV. Ini hidup aku sekarang.
Kenangan pun berputar ke masa 3 taun lalu. Saat aku pertama kali masuk SMA, I'm soo innocent. Masih menjadi pribadi yang enggak peka sama keadaan sekitar dan sama sekali gak bisa bilang kangen ke orang. Even if dia temen deket sendiri. Ya begitulah awalnya. Namun, 1 taun sama mereka, bisa dibilang 1 taun terindah dalam hidup aku. Walaupun, masa SMA yang aku lewatin beda jauh sama yang digambarkan di opera sabun itu, tapi aku tetep merasa bahagia dan beruntung banget bisa ketemu sama orang-orang kayak mereka.
Sebenernya hal itu baru kerasa waktu kita pisah kelas. That's the only thing on high school that could make me cry so hard. Tangisan itu adalah tangisan pertama dan terakhir selama aku SMA. Orang yang susah nangis kayak aku bisa nangis karena pisah kelas, that's amazing, dude, hahahha.
Saat SMA, aku gak cuma belajar Asam, Basa, dan Garam dalam kimia, tapi aku juga belajar Asam, Basa, dan Garam dalam kehidupan. Ya walaupun bisa dibilang masa SMA aku datar-datar aja, tapi aku ngerasa udah mempelajari banyak hal. Mulai dari menyatakan rasa kangen ke sahabat sendiri dan ngerasain gimana sakitnya rasa kangen itu, mulai memperhatikan lingkungan sekitar yang pada akhirnya berujung pada gosip tetangga, belajar menjadi secret admirer (?), dan buat pertama kalinya ngerasain jealousy and envy.
Hal itu adalah hal yang paling indah sekaligus hal yang paling menyedihkan yang pernah aku rasain. Seperti yang pernah aku denger dalam salah satu film, bahagia itu selalu sepaket sama sedih. Dan mungkin mulai saat itu, aku lebih memilih buat jadi orang yang mati rasa. Mati rasa terhadap keadaan sekitar. Kata "mati rasa" mungkin tidak terlalu tepat karena mau tidak mau pasti aku bakal merasakan hal itu, mungkin kata yang lebih tepat adalah "berpura-pura mati rasa".
Tapi ternyata ada beberapa hal yang tidak bisa kita hindari. Roda itu berputar kawan dan aku pun merasakan hal itu untuk yang kedua kalinya.
Merasa begitu terikat pada suatu kelas walaupun kamu tau kelasmu itu gak sempurna, tapi entah tau mengapa kamu sangat mencintai mereka. Yap, persis sama yang aku rasain 3 taun lalu. Dengan jalan cerita yang hampir sama. Mereka merupakan awal dari suatu perjalanan baru. Sangat menyenangkan ketika dijalani, tapi ketika aku menyadari bahwa waktu yang kita punya tidak banyak lagi. Saat itulah aku menyadari bahwa saat cerita ini berakhir aku akan menangis seperti waktu sebelumnya. But I think I'm tougher now.
Dua bulan. Sisa waktu yang aku miliki buat bersama-sama mereka. Bingung antara milih buat memanfaatkan waktu sebanyak-banyaknya sama mereka atau memilih untuk sedikit demi sedikit menutup diri. Karena aku tau sakitnya tuh disini (sambil nunjuk dada) kalo nanti kita pisah. Dan aku gak mau merasakan hal itu untuk yang kedua kalinya.
Kenapa satu-satunya jalan agar kita bisa maju adalah dengan meninggalkan comfort zone kita. Aku bukan orang yang mudah beradaptasi dengan lingkungan. Dan hal itu dapat menandakan bahwa aku akan sulit untuk menemukan comfort zone yang lain setelah meninggalkan comfort zone-ku yang lama. Rasanya? Sama sekali gak enak. Sebenernya pengen banget jadi orang yang supel dan gampang beradaptasi, tapi seperti yang kita tau sendiri sifat dasar manusia gak bisa gitu aja berubah. Memerlukan waktu yang lama untuk membuatmu menjadi dirimu yang sekarang ini.
Aku gak akan pernah tau apa yang akan terjadi dalam 2 bulan ke depan. Bakal sedih, seneng, atau malah biasa aja? Who knows? Saat ini cuma bisa berharap bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang tidak bisa diatasi oleh umat-Nya.
Semoga pertemanan kita bisa berlanjut sampai kita tua ya, Kawan. I'm gonna miss you all.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar